Citarasa Khas Pie Susu Dapur Chantique Pikat Selera Konsumen

Citarasa Khas Pie Susu Dapur Chantique Pikat Selera Konsumen

About us on media

dapur Chantique

Pie Susu Dapur Chantique

  • TABLOIDSINARTANI.COM, Singosari Malang – Siapa sangka keputusan yang diambil Ayu untuk keluar dari pekerjaanya di sebuah perusahan finance beberapa tahun lalu berbuah manis. Kue Pie susu buatnya, kini sudah dikenal luas dan bisa memberikan pekerja bagi 8 orang karyawa yang membantunya saat ini.

 Untuk bisa sukses dalam membangun usaha tidaklah mudah, hal tersebut telah dirasakan Ayu seorang pengusaha kue pie dengan brand Dapur Chantique dari Malang, Jawa Timur. Keputusan Ayu untuk terjun ke dunia usaha tidak lepas dari keinginan sang suami tercinta untuk memintanya keluar dari pekerjaanya saat itu di sebuah perusahaan finance.

“Saya mengembangkan usaha ini karena saya diminta suami untuk resign dari pekerjaan. Saya minta waktu 1 tahun untuk merintis usaha sambil bekerja, dan saya membuat pie. Alhamdulilah dari tahun 2015-2016 saya membuat pie sebagai usaha sampingan dan hasilnya sangat bagus, bahkan omset penjualannya melebihi gaji bekerja di kantor. Akhirnya pertengahan 2017 memutuskan untuk keluar dan fokus dengan usaha ini,” Ceritanya.

Setelah memutuskan fokus dalam menjalankan usahanya, tidak disangka omset usahanya terus naik bahkan di tahun 2019, Ayu sudah memasarkan produknya di 42 toko oleh-oleh di Batu, Malang Raya sampai Surabaya.

Ayu mengaku awalnya ia membuat tidak hanya kue pie, ada beberapa macam yang dibuat seperti chocolate, kue basah, hingga brownies. Namun citarasa pie buatan Ayu yang lebih memikat lidah para pencinta kuliner, karena itu permintaan kue pie terus meningkat.

“Banyak yang membeli untuk tahlilan, pengajian dan berbagai acara lain, dan dalam perkembangnya saya membuat paket dalam satu kotak berisi 6 buah kue pie,” ungkapnya.

Dibantu 8 orang karyawan, Ayu mencoba membesarkan usaha kuenya. Dengan sistem pemasaran memanfaatkan toko oleh-oleh yang menjamur di sekita kota Malang membuat hampir 80% produknya dipasarkan melalui toko-toko tersebut.

“Supaya orang tidak bosan, saya  membuat alternative produk lain, seperti pie apel, brownies apel, cake brownies apel dan cheese. Karena pemasaranya sebagain besar di toko oleh-oleh saya membuat produk yang khas Kota Malang yaitu membuat produk dengan varian rasa apel,” jelasnya.

Untuk membuat pie susu tidak terlalu sulit, yaitu dengan membuat adonan kulit pada tahap awal, dengan bahan tepung, gula, mentega, dan telur. Selanjutnya kulit diberi isian susu yang kemudian berlanjut pada proses pengovenan. Setelah dingin dikemas dalam kotak packing.  

Ayu menambahkan, dalam sehari satu karyawan yang sudah berpengalaman dapat membuat sampai 700 kulit pie, rata-rata untuk membuat satu kulit pie diutuhkan waktu 30-40 detik. Sedangkan untuk karyawan yang masih baru, sehari hanya mampu membuat150-200 kulit pie.

Dengan masa simpan sekitar dua minggu, tidak ada perlakuan khusus terhadap produk pie susu ini. “Kalau untuk produk dengan masa simpan pendek kita harus sering mengecek ke toko, jangan sampai nanti konsumen terima barangnya sudah berjamur atau sudah kedaluwarsa, kalau kelebihan produksi kita menjual ketempat yang lain,” ujarnya.

Ppie susu dipasarkan dengan kisaran harga Rp 20-45 ribu/pack, Dan dalam satu hari Ayu bisa memproduksi pie susu sekitar 200-300 pack, bahkan ketika masuk masa liburan bisa memproduksi hingga 600 pack. “Paling tinggi penjualan ketika akhir tahun 2019 pernah mencapai 1000 pack,”tambahnya.

Ayu berpesan bagi yang ingin mencoba memulai usaha agar fokus, terus belajar mencari ilmu sebanyak-banyaknya, apalagi bila tidak mempunyai pengalaman dalam mengelola usaha sendiri.

Pembelajaran Berdiferensiasi, Siswa SMK PIM Kelas Cookies Kunjungi UMKM Dapur Chantique

Pembelajaran Berdiferensiasi, Siswa SMK PIM Kelas Cookies Kunjungi UMKM Dapur Chantique

MALANG POSCO MEDIA, MALANG- SMK Putra Indonesia Malang (PIM) konsentrasi Keahlian Teknik Kimia Industri selalu menyuguhkan pembelajaran yang inovatif dan berdiferensiasi untuk peserta didiknya. Kelas diferensiasi memberi pengalaman pembelajaran yang bermakna dan mengena dengan tema khusus.

Tidak hanya belajar di sekolah, namun diajak untuk melakukan visit factory. Pada tema cookies, peserta didik mengikuti kegiatan visit factory ke Dapur Chantique UMKM Cookies yang berlokasi di Singosari, Jumat (6/10). Ari Nurcahyo Darmawan, SE, S.Pd, MM, pengajar mapel PKK menjelaskan, visit factory yang dilakukan adalah belajar bersama entrepreneur food and beverage khususnya cookies.

“Hari Jumat merupakan pembelajaran khusus kelas diferensiasi peserta didik kelas XI. saat ini konsentrasi Keahlian Teknik Kimia Industri mempunyai kelas cookies dan kelas cat, sedangkan konsentrasi keahlian Farmasi Industri mempunyai kelas jamu millenial dan kelas house hold,” terangnya.

Rahayuningtyasworo, owner Dapur Chantique mengaku senang dengan kedatangan para siswa ini. Dia menerangkan, bahwa membuat usaha itu harus disesuaikan dengan bakat dan minat. “Jangan ikutan. Lakukan yang disukai agar merasa senang dan tidak capek,” ucapnya kepada para peserta didik SMK di Jalan Barito No 5 Kota Malang itu.

“Saya merintis usaha cookies ini tahun 2017, mulai dengan modal Rp 200.000 ditambahkan alat rumah tangga yang ada di rumah mixer dan memulai membuat pie. Dengan usaha sesuai minat dan bakat saya sehingga usaha saya berkembang hingga sekarang,” jelasnya. Dia juga memberikan tips dalam merintis usaha.

Pengusaha yang pernah menjadi juara lomba produk terbaik se-Jawa Timur ini menyarankan dalam membuat usaha, harus memiliki visi misi yang jelas agar usaha tetap berjalan pada jalurnya. “Di dalam misi jangan hanya memikirkan keuntungan. Cantumkan juga hal-hal baik di lingkungan sekitar kita sebagai tanggung jawab sosial,” tambahnya.

Setelah mendengarkan paparan materi serta berbagi pengalaman berusaha, peserta visit factory diajak untuk melihat proses pembuatan produk pie apel. Peserta juga diajak untuk mencoba mencetak kulit pie. Kunjungan ini bertujuan memberikan pengalaman nyata dalam proses usaha cookies skala UMKM. (mar)

Begini Inovasi yang Dilakukan Pebisnis Kue ‘Dapur Chantique’ Demi Bertahan dari Terjangan Pandemi

Begini Inovasi yang Dilakukan Pebisnis Kue ‘Dapur Chantique’ Demi Bertahan dari Terjangan Pandemi

Liputan6.com, Jakarta Semua sektor di Tanah Air bahkan dunia yang masyarakatnya terkena Covid-19, dipastikan mengalami badai pandemi. Bukan hanya berdampak pada individu saja, bahkan pandemi membuat banyak sektor terpuruk. 

Hal ini nyatanya dirasakan oleh Rahayuningtyasworo, pengusaha kue asal Malang Jawa Timur. Rahayu mengaku bahwa usahanya sangat tergantung dengan sektor pariwisata. 

Oleh karena itu, ketika pandemi terjadi, usaha Rahayu pun mengalami penurunan ekonomi drastis. Ya, Rahayu adalah pemilik Dapur Chantique, usaha yang kini memasuki usia empat tahun. 

Sebelum terdampak pandemi, singkat cerita, Rahayu mendirikan bisnis berawal dari usaha sampingan. Di kantor tempatnya bekerja, Rahayu menjajakan kuenya hingga akhirnya mendapat respon positif dari para pelanggan. 

Makin lama pasar terbentuk. Rahayu pun memutuskan merintis usahanya dan dimulai dengan mempercantik tampilan dan pengemasan. 

Agar kue bikinannya laku dipasaran, wanita kelahiran 1982 ini menjual produknya dengan sistem konsinyasi ke sejumlah toko di Malang. 

Setahun berjalan, Rahayu yang berhasil memperluas koneksi ini pun mulai mengembangkan kuantitas penjualan. Ada peluang, akhirnya Rahayu memutuskan resign dan memilih membuat rumah produksi (Kampung Pie) kue dengan modal usaha Rp200 juta. 

Berdayakan Masyarakat Sekitar

Untuk menjalankan bisnisnya, Rahayu tak bisa sendirian. Setelah memutuskan berkarya di rumah produksi, Rahayu mulai merekrut masyarakat di sekitar Kampung Pie, untuk dijadikan karyawannya. 

Saat itu, karyawan di Dapur Chantique berjumlah 17 orang. Ketika liburan akhir tahun tiba, mereka bisa memproduksi sebanyak 1000 kue per hari. 

Kue yang diproduksi Dapur Chantique pun dipasarkan ke 40 toko kue dan pusat oleh-oleh yang tersebar di Jawa Timur. 

Bangkit di Masa Pandemi

Dari belasan orang yang bekerja di Dapur Chantique, Rahayu terpaksa memberhentikan beberapa karyawan karena produksi ikut menurun. 

Di awal pandemi, Rahayu hanya mempekerjakan 9 orang saja, dengan penggajian sebesar Rp1.500.000-Rp2.500.000. Penggajian ini tentunya tergantung omzet yang didapatkan. 

Agar dapat bertahan di masa sulit ini, Rahayu pun berinovasi dengan membuat dessert box seperti aneka cheese cake, banoffee, dan aneka inovasi produk kue lainnya. 

Hingga saat ini produk tersebut masih lanjut diproduksi dan menjadi varian produk baru yang memiliki pasar sendiri. Tak hanya itu saja, Dapur Chantique bahkan mendapat penghasilan penjualan bukan hanya dari rumah produksi sebesar 20 persen saja. Tapi 10 persen dari reseller dan 60 persen dari toko kue oleh-oleh di Malang dan Jawa Timur. 

Saat ini, usaha Dapur Chantique sedang dalam proses mendirikan Kampung edu-kreatif agar dapat menambah penghasilan masyarakat. 

Dengan membuka rumah produksi Dapur Chantique yang dapat dikunjungi wisatawan dengan daya tarik edukasi proses pembuatan pie dan kerajinan-kerajinan khas daerah Malang, masyarakat sekitar pun dapat terdampak secara finansial dan lebih sejahtera.

Untuk mengetahui informasi Dapur Chantique sebagai salah satu peserta di Festival Kreatif Lokal 2020 ini, Anda dapat mengunjungi di sini

Sekadar informasi, Festival Kreatif Lokal 2020.  adalah kegiatan Corporate Social Responsibility (CSR) dari Adira Finance bekerja sama dengan Kemenparekraf RI bertemakan #BangkitBersamaSahabat yang diadakan mulai Agustus 2020 hingga Januari 2021 mendatang. Kegiatan ini merupakan bentuk dukungan Adira Finance terhadap program Kemenparekraf RI #BeliKreatifLokal dan Bangga Buatan Indonesia.